Sabtu, 13 Juni 2009

Besar Benih, Pengaruhnya pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit

BESAR BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT

Latar Belakang
Seorang ahli fisiologi tanaman Inggris, V.H. Blackman (1919), menyatakan bahwa biji-biji yang besar akan menghasilkan tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan yang berasal dari biji-biji yang kecil. Disini ditekankan bahwa ukuran besar bibit akan tergantung ukuran besar benih yang ditanam. Namun nampaknya hanya berlaku pada pertumbuhan awal suatu tanaman. Ukuran biji yang dihasilkan suatu varietas tanaman sangat bervariasi. Besar kecilnya biji menunjukkan banyak sedikitnya kandungan substrat yang ada dalam benih tersebut. Biji berukuran besar biasanya mempunyai cadangan makanan yang lebih besar, sehingga energi yang digunakan untuk proses perkecambahan juga semakin besar. Hal ini akan mempengaruhi kekuatan pemunculan ke permukaan tanah, yang lebih besar dibandingkan benih yang lebih kecil. Semakin cepat benih atau bibit muncul ke permukaan tanah, semakin cepat pula bibit terhindar dari pengaruh jelek tempat tumbuh.




Kandungan endosperm merupakan faktor internal biji yang berpengaruh terhadap keberhasilan perkecambahan biji, karena hal ini berhubungan dengan kemampuan biji melakukan imbibisi dan ketersediaan sumber energi kimiawi potensial bagi biji. Terutama pada awal fase perkecambahan dimana biji membutuhkan air untuk perkecambahan, hal ini dicukupi dengan menyerap air secara imbibisi dari lingkungan sekitar biji, setelah biji menyerap air maka kulit biji akan melunak dan terjadilah hidrasi protoplasma, kemudian enzim-enzim mulai aktif, terutama enzim yang berfungsi mengubah lemak menjadi energi melalui proses respirasi.
Penelitian-penelitian tentang pengaruh besar benih terhadap kekuatan tumbuh dan hasil selalu memberikan kesimpulan yang tidak sama, bahkan bertentangan. Beberapa peneliti melaporkan bahwa kekuatan tumbuh benih dan hasil tanaman yang diperoleh akan lebih besar bila benih-benih kecil dibuang pada saat prosesing benih, sehingga hanya benih besar yang besar yang dipakai untuk pertanaman. Peneliti-peneliti yang lain menyatakan bahwa meskipun ada perbedaan kekuatan tumbuh benih, tetapi adalah tidak praktis untuk membuang benih-benih yang kecil. Sekelompok peneliti yang lain melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara penanaman benih kecil dan besar.


TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama pada saat musim tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran adalah meliputi bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu dan kualitas benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu dilapangan, saat panen serta saat proses setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih (Salomao, 2002).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran biji berpengaruh terhadap daya simpan. Untuk beberapa spesies, biji-biji yang lebih kecil dalam suatu lot benih pada kultivar yang sama mempunyai masa hidup yang lebih pendek. Ukuran biji biasa dikaitkan dengan kandungan cadangan makanan dan ukuran embrio (Arief et al., 2004).
Benih dengan ukuran yang lebih kecil memberi hasil biji yang lebih rendah 10 – 45%. Biji yang lebih besar menghasilkan luas kotiledon dua kali lipat dan potensi fotosintetiknya lebih tinggi dibandingkan dengan biji kecil. Laju pertumbuhan kecambah jagung meningkat dengan semakin besarnya ukuran biji dan benih yang berbentuk bulat lebih tinggi laju pertumbuhannya daripada yang berbentuk pipih. Biji yang berbentuk bulat besar biasanya terdapat di dasar tongkol dan bulat kecil pada ujung tongkol. Sekitar 75% dari biji di antara kedua tipe tersebut di atas berbentuk pipih. Biji yang berbentuk pipih ini berbeda-beda ukurannya dari kecil sampai besar (Gusta et al.,2003).
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih berukuran kecil, mungkin pula embrionya lebih besar ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum (Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula (Sutopo, 2002).
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon (Anonim, 2008).
Pemunculan kecambah di atas pemukaan tanah merupakan faktor yang mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang dapat meningkatkan vigor dilakukan pengamatan terhadap kecambah yang mampu muncul di atas pemukan tanah dari sejumlah benih yang dikecambahkan (Saleh, 2004).
Perkecambahan merupakan batas antara benih yang bergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Oleh karenanya perkecambahan merupakan mata rantai terakhir dalam proses penanganan benih. Banyak benih relatif tahan terhadap pengaruh lingkungan, sementara benih yang berkecambah dan anakan sangat mudah rusak. Segera setelah perkecambahan dimulai, stres karena kurangnya air, suhu dan cahaya dapat menyebabkan kematian (Utomo, 2006)
Benih yang baik akan menghasilkan bibit dan tanaman yang baik, sehingga akan memberikan hasil tanaman yang baik pula. Oleh karena itu, pemilihan biji sebagai benih harus memenuhi kaidah tertentu supaya diperoleh pertanaman yang memberikan hasil baik. Hasil dari suatu varietas unggul sebelum digunakan sebagai benih harus diuji terlebih dahulu sehingga memenuhi kaidah-kaidah perbenihan (Anonim, 2003).
Benih merupakan alat untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesies tumbuhan yaitu dengan mempertahankan dan memperpanjang kehidupan embrionic axis. Kehidupan ini kemudian berubah menjadi kehidupan bentuk baru sampai bertahun-tahun sesudah tanaman induknya mati ( Kamil,1979 ).
Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki cadangan makanan yang lebih banyak daripada benih dengan ukuran yang lebih kecil sehingga kemampuan berkecambah juga akan lebih tinggi karena cadangan makanan yang dirubah menjadi energi juga semakin banyak. Walaupun benih berasal dari varietas yang sama, ukuran yang lebih besar akan mampu tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan ukuran benih yang lebih kecil (Thomson, 1979).
Kandungan cadangan makanan akan mempengaruhi berat suatu benih. Hal ini tentu akan mempengaruhi besar produksi dan kecepatan tumbuh benih, karena benih yang berat dengan kandungan cadangan makanan yang banyak akan menghasilkan energi yang lebih besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan mempengaruhi besarnya kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen. Kecepatan tumbuh kecambah juga akan meningkat dengan meningkatnya besar benih (Sadjad et. al.,1974).
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih berukuran kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum (Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula (Sutopo, 2002).
Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi), dan kondisi perkecambahan seperti suhu, air, media, cahaya, dan bebas dari OPT. Cahaya, suhu dan kelembaban merupakan tiga faktor utama yang mempengaruhi perkecambahan selama pertumbuhan anakan kondisi media pertumbuhan seperti pH, salinitas dan drainase menjadi penting. Selama perkecambahan dan tahap awal pertumbuhan benih dan anakan sangat rentan terhadap tekanan fisiologis, infeksi dan kerusakan mekanis, karenanya penyediaan kondisi lingkungan yang optimal adalah untuk mempercepat perkecambahan hingga anakan dapat melalui tahapan ini dengan cepat (Utomo, 2006).
Pada umumnya tanaman dari benih yang lebih besar mempunyai nilai tinggi tanaman, gaya berkecambah dan panjang akar yang lebih besar daripada tanaman dari benih kecil, karena cadangan makanan awal yang lebih banyak pada benih yang berukuran besar sehingga kemampuan membentuk epikotil dan radicle akan lebih besar dan kuat. Pada kenyataannya benih-benih yang berukuran besar tidak selalu memberi pengaruh yang lebih baik sebagai contoh hasil penelitian. Pada beberapa jenis gandum benih yang berukuran kecil dapat segera berkecambah walaupun ukurannya hanya sepersepuluh dari benih yang berkembang normal, begitu juga pada benih tanaman lobak yang berukuran besar, sedang dan kecil mempunyai persentase perkecambahan yang sama. Dengan kata lain, besar benih hanya berpengaruh pada pertumbuhan awal suatu tanaman, sedangkan pertumbuhan selanjutnya tergantung pada media tanamnya. Makin cepat bibit muncul ke permukaan tanah, makin cepat bibit terhindar dari pengaruh jelek tempat pertumbuhannya (Miller,1938).


KESIMPULAN

1.Dari hasil analisis, tidak ada beda nyata antara benih besar, sedang, dan kecil baik pada pengukuran gaya berkecambah, indeks vigor, jumlah daun, dan tinggi tanaman pada benih kacang tanah.
2.Perkecambahan yang lebih cepat akan mengurangi peluang bibit terkena pengaruh negatif dari lingkungan.
3.Faktor lingkungan menentukan kualitas tanaman yang dihasilkan dari suatu benih.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Reproduksi Tumbuhan Angiospermae (http://www.iel.ipb.ac.id/sac/hibah/2003/sf_tumbuhan/reproduksi.html). Diakses 1 Mei 2008.

Anonim, 2005. (http://public.ut.ac.id/html//suplemen/luht 4344/padi.html). Diakses 1 Mei 2008.

Anonim. 2008. Kecambah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kecambah). Diakses 20 April 2008.

Arief, R., E. Syam’un, dan S. Saenong. 2004. Evaluasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung cv Lamuru Dari Ukran Biji dan Umur yang Berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi 4 (2): 54-64.

Crocker, W. and L. V. Barton.1957. Physiology of Seeds. Chronica Botanica Co. Waltham. Mas. USA.

Gusta, L. V., E. N. Johnson, N. T. Nesbit, K. J. Kirkland. 2003. Effect of seeding date on canola seed vigor. Can. J. Plant Sci. 45 : 32-39.

Kamil, J.1979. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung

Miller, E. C. 1938. Plant Physiology. Mc Graw Hill Book Co., Inc. New York

Sadjad, S., M. Poernomohadi, Z. Jusup, dan Z. A. Pian. 1974. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Saleh, Salim M. 2004. Pematahan dormansi benih aren secara fisik pada berbagai lama ekstraksi buah. Agrosains 6 : 78-83.

Salomao, A. N. 2002. Tropical seeds species responces to liquid nitrogen exposure. Braz J. Plant Physiol. 14 : 133-138.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Thomson, J. R. 1979. Seed Quality, Seed Multiplication Systems, Agronomy of Seed Production and Seed Storage. Dalam Seed Technology for Genebank LBPGR. Rome.

Utomo, Budi. 2006. Ekologi Benih. USU Repository, Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar