Senin, 18 Mei 2009

Kerapatan Sebar Benih

KERAPATAN SEBAR BENIH


TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh kerapatan sebar benih terhadap kualitas benih
2. Mengetahui hubungan antara kualitas bibit dengan berat keringnya

TINJAUAN PUSTAKA

Penanaman benih secara pemindahan bibit memerlukan adanya peningkatan kesehatan bibit selama di persemaian. Bibit yang kualitasnya lebih baik akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lapangan lebih baik dan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi muda selanjutnya (Anonim, 2003).
Tanaman kacang-kacangan sangat penting dalam menunjang peningkatan pendapatan masyarakat,tanaman tersebut banyak mengandung protein,vitamin,dan mineral. Untuk memperoleh swasembada kacang hijau dapat dilakukan dengan cara intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi. Melalui intensifikasi dan diversifikasi yaitu dengan system tanam tumpang sari. Masalah yang ditemui adalah persaingan antara dua tanaman atau lebih yang ditanam secara bersamaan. Pesaingan tersebut mencakup unsur hara, air, dan ruang (Arifin, 1998).
Untuk peningkatan produksi tanaman yang dilakukan dengan cara teknik budidaya,pengguanaan bibit unggul,maupun pengaturan zat pengaturtumbuh. Gabungan antara teknik budidaya dan zat pengatur tumbuh telah banyak dilakukan seperti cara tanam dan system pertanaman yang digabungkan antara penggunaan hormon pertumbuhan (Budi, 2000).
Pengaturan populasi tanaman dalam tiap satuan luas juga dapat digabungkan dengan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan jumlah hasil yang akan diperoleh dari sebidang tanah. Kerapatan tanaman penting diketahui untuk menentukan sasaran agronomi yaitu produksi maksimum (Jumin,1991).
Penyemaian benih tanaman sudah biasa dilakukan oleh para petani dan pengebun, baik nantinya untuk bibit tanaman maupun untuk batang bawah keperluan penyusunan maupun okulasi. Setiap tanaman mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda satu dengan yang lain, yang mengakibatkan cara menyemai dan waktu yang dibutuhkan untuk berkecambah berbeda pula. Benih yang kita pilih adalah yang berkualitas baik artinya mempunyai daya tumbuh dan daya hidup yang tinggi (Wudianto,1989).
Contoh benih yang mengalami deteriorasi selama penyimpanan adalah kedelai. Hal tersebut menyebabkan benih tidak tahan disimpan lama. Untuk memperoleh daya simpan yang tinggi, vigor awal benih tinggi pada saat panen merupakan syarat utama yang harus dipenuhi. Faktor lingkungan dan faktor genetik sangat menentukan tingkat vigor awal benih yang dicapai. Pada kedelai sifat tahan simpannya diturunkan dari tanaman induknya (Harnowo, 1989).
Kegiatan persemaian dapat menimbulkan kerugian yaitu orang terpaksa harus bisa membuat persemaian dan memungut hasil tanaman agak lambat. Misal pada padi, padi yang benihnya disemaikan dulu umurnya menjadi 15-20 hari lebih panjang daripada yang langsung ditanam (Soemartono, 1981).
Penaburan gabah yang rapat pada pesemaian akan berakibat pertumbuhan bibit kurang baik. Tanaman padi biasanya dengan pola tanam tertentu agar mudah disiangi dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan unsur hara. Pada umumnya varietas unggul dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm (musim kemarau), 25 x 25 cm (musim hujan) dengan pola tanam bujur sangkar (Soemartono, 1981).
Jarak tanam yang renggang membutuhkan keseluruhan parameter pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan jarak tanam rapat dan tercermin pada peningkatan jumlah cabang, jumlah polong dan berat kering biji (Lorentz dan Maynard, 1980).
Penentuan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim, dan varietas yang ditanam. Benih yang daya tumbuhnya rendah perlu ditanam dengan jarak tanamn yang lebih rapat. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan. Kegunaan jarak tanam rapat yaitu tanaman muda yang mati dapat terkompensasi sehingga tanaman tidak terlalu jarang,permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat segera ditekan, dan akan memberikan hasil yang tinggi. Sebaliknya kerugian jarak tanam yang terlalu rapat antara lain penyiangan sukar dilakukan. Benih yang diperlukan lebih banyak, ruas batang tumbuh panjang sehingga tanaman kurang kokoh dan mudah roboh (Supriono, 2000).



METODOLOGI

Dalam praktikum ini, bahan-bahan yang digunakan antara lain biji crop/biji padi (Oryza sativa). Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah polibag, penggaris, dan oven. Pertama-tama polibag disiapkan dengan diameter sama dan diisi dengan tanah yang sama beratnya (kurang lebih 2 cm dari permukaan polibag) dilakukan tiga kali ulangan. Kemudian ditambahkan air ke dalam tanah sehingga dicapai kapasitas lapang. Setelah itu benih padi disebar pada polibag dengan kerapatan sebar masing-masing 100, 75, dan 50 g/m2. Bibit dipelihara agar pertumbuhannya tidak mengalami gangguan.
Setelah 1 minggu, dipilih dan ditandai tanaman yang terbaik pada masing-masing polibag. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tiap 3 hari sekali selama 2 minggu. Pada minggu ke 3 dilakukan pemanenan dan ditimbang berat basahnya. Untuk masing-masing perlakuan, setelah itu dioven pada suhu 60-700C, selama 3 hari selanjutnya ditimbang berat keringnya. Lalu dihitung SGRnya dan dibuat grafik tinggi tanaman dan jumlah daun pada berbagai hari pengamatan serta histogram berat basah dan berat keringnya.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim.1991.Budidaya Tanaman Mangga (www.agro-forestry.com). Diakses tanggal 20 November 2007.

Arifin.1998. Pengelolaan naungan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau. Agrivita XI (2): 17-21.

Budi,A.S. 2000. Penggunaan triakontanol dan jarak tanam pada tanaman kacang hijau (Phasealus radiatus L). Agrosains II(2): 53-59.

Harnowo.D;Basuki dan W,el.Mugnisyah.1989. Sidik lintas fisik benih dan sifat tanaman induk pada vigor benih kedelai. Agrivita.12: 44-47.

Jumin,H.B. 1991. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali Press. Jakarta.

Lorentz.O.A dan D.N.Maynard. 1980. Vegetable Browers. John Wiley and sons, Inc. New York.

Soemartono. 1981. Bercocok Tanam Padi. Yasa Guna. Jakarta. 

Supriono. 2000. Pengaruh dosis urea tablet dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai kultivar sindoro. Agrosains II(2): 64-66.

Wudianto,R. 1989. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi.Swasembada. Jakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar