Sabtu, 02 Mei 2009

Budidaya Kunyit

BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT

Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika
Jl. Tentara Pelajar No. 3
Telp. (0251) 321879, Fax. (0251) 327010
E-mail : balittro@telkom.net.
Homepage : http://www.balittro.go.id

PENDAHULUAN

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman
obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai
bumbu dapur dan zat pewarna alami. Berdasarkan hasil survei tahun
2003, kebutuhan rimpang kunyit berdasarkan jumlahnya yang diserap
oleh industri obat tradisional di Jawa Timur menduduki peringkat
pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar bersama-sama
dengan bahan baku obat lainnya. Rimpangnya sangat bermanfaat
sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat
asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati,
karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, rematik.
Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak
atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksikurkumin, dan
bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor
dan besi. Zat warna kuning (kurkumin) dimanfaatkan sebagai pewarna
untuk makanan manusia dan ternak. Kandungan kimia minyak atsiri
kunyit terdiri dari ar-tumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton,
β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol. Teknologi budidaya yang mengikuti
anjuran, dengan mengacu kepada penerapan SPO yang tepat, produksi
rimpang kunyit segar mencapai 11 ton/ha, dengan kadar kurkumin 8 – 11%.

PERSYARATAN TUMBUH

Tumbuh baik pada tanah jenis latosol, aluvial dan regosol,
ketinggian tempat 240 – 1200 m di atas permukaan laut (dpl), dengan
curah hujan 2000 – 4000 ml/tahun. Kunyit juga dapat tumbuh di
bawah tegakan tanaman keras seperti sengon, jati yang masih muda
sekitar umur 3 – 4 tahun, dengan tingkat naungan tidak lebih dari 30%.

BAHAN TANAMAN

Bahan tanaman harus tepat dan jelas nama jenis, varietas dan
asal usulnya. Kunyit (Curcuma domestica Val.; turmeric) termasuk
tumbuhan berbatang semu, basah yang dibentuk dari pelepah daun.
Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 m, berbunga majemuk berwarna
putih sampai kuning muda. Berdaun tunggal, berbentuk lanset lebar,
ujung dan pangkalnya runcing, tangkainya panjang, tepinya rata,
bertulang menyirip, panjangnya 20 – 40 cm, lebar 8 – 12,5 cm, warna
hijau pucat. Tanaman menghasilkan rimpang berwarna kuning jingga,
kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan. Rimpang
terdiri dari rimpang induk dan anak rimpang, rimpang induk berbentuk
bulat telur, disebut empu atau kunir lelaki. Anak rimpang letaknya
lateral dan bentuknya seperti jari, panjang rimpang 2 – 10 cm, diameter
1 – 2 cm. Selain jenis dan varietas yang jelas, bahan tanaman berasal
dari rimpang yang sehat dari tanaman yang sehat berumur 11 - 12
bulan, untuk benih daunnya harus sudah mengering (masuk periode
senescens).
Hasil seleksi dan uji daya adaptasi diberbagai lingkungan tumbuh
telah diperoleh 10 nomor harapan kunyit dengan potensi produksi masingmasing
Cudo 21 (18 – 25 ton/ha), Cudo 38 (18 – 25 ton/ha) dan kadar
kurkumin Cudo 21 (8,70 %), Cudo 38 (11 %) dan siap dilepas sebagai varietas unggul.

PEMBENIHAN

Untuk benih bisa menggunakan rimpang induk dan anak
rimpang. Rimpang induk digunakan seperempat bagian (satu rimpang
induk dibelah menjadi empat bagian membujur), sedangkan anak
rimpang, dengan ukuran 15 – 20 g/potong. Sebelum ditanam benih
ditumbuhkan dahulu sampai mata tunasnya tumbuh dengan tinggi
tunas 0,5 - 1 cm, sehingga diperoleh tanaman yang seragam.

BUDIDAYA

Penerapan teknologi budidaya yang mengacu kepada SPO yang
dimulai dari pemilihan jenis, varietas unggul/harapan, lingkungan
tumbuh, pembenihan, pengolahan lahan, cara tanam, pemeliharaan,
pengendalian hama penyakit, cara panen dan pengolahan pasca panen
akan menghasilkan bahan baku yang bermutu tinggi dan terstandar.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan.

Persiapan lahan

Tanah diolah agar menjadi gembur, diupayakan agar drainase
sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi penggenangan air pada lahan,
oleh karena itu perlu dibuat parit-parit pemisah petak. Ukuran petak,
lebar 2 – 3 m dengan panjang petak disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.

Jarak tanam

Jarak tanam kunyit bervariasi antara 50 cm x 40 cm, 50 cm x 50
cm, 40 cm x 40 cm atau 50 cm x 60 cm, pada sistem budidaya
monokultur. Apabila tanaman akan ditanam secara pola tumpang sari
dengan tanaman sisipan kacang tanah atau cabe rawit, maka jarak
tanamnya menggunakan 75 cm x 50 cm.

Pola tanam

Tanaman kunyit bisa juga ditanam dengan sistem pola
tumpangsari dengan kacang tanah, dengan menggunakan jarak tanam
antar barisan lebih lebar yaitu 75 cm dan jarak dalam barisan 50 cm.
Tanaman kacang tanah atau cabe rawit ditanam bersamaan dengan
menanam kunyit, pada umur 3 BST kacang tanah sudah dapat dipanen
dan umur 2 bulan cabe rawit sudah mulai menghasilkan. Tumpang
sari dengan kacang tanah dapat menambah kesuburan tanah khususnya
dapat menambah unsur N tanah.

Pemupukan

Pupuk kandang 10 – 20 ton/ha sebagai pupuk dasar diberikan
pada saat tanam. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis masingmasing
100 kg, 200 kg dan 200 kg/ha untuk pola monokultur, serta
200 kg/ha, untuk pola tumpangsari. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan
pada saat tanam dan Urea diberikan menjadi 2 agihan yaitu pada umur
1 dan 3 bulan setelah tanaman tumbuh.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan
pembumbunan, untuk menghindari adanya kompetisi perolehan zat
hara dengan gulma dan menjaga kelembaban, suhu dan kegemburan
tanah. Pembumbunan dilakukan juga untuk memperbaharui saluran
drainase pemisah petak, tanah dinaikkan ke petak-petak tanam,
biasanya dilakukan setelah selesai penyiangan.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Jarang terjadi serangan hama dan penyakit. Namun untuk
menghindari munculnya serangan perlu diantisipasi dengan cara
pencegahan. Tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih
penyakit busuk rimpang yang disebabkan oleh Ralstonia
solanacearum, dilakukan dengan cara penggunaan benih sehat,
perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari pelukaan (rimpang
diberi abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan
gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang
dan aliran air tidak melalui petak sehat, inspeksi kebun secara rutin.

PANEN

Umur panen

Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan
untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu pada tanaman
umur 10 – 12 bulan setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau
mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20 – 24 bulan setelah
tanam.

Cara panen

Panen dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat
rimpang secara seluruhan.

PASCA PANEN

Pembersihan/pencucian

Rimpang hasil panen dicuci dari tanah dan kotoran, kemudian
dikering anginkan sampai kulit tidak basah lagi.

Perajangan rimpang

Setelah itu, rimpang diiris dengan irisan membujur dengan
ketebalan setipis mungkin lebih kurang 2 mm.

Pengeringan simplisa

Rajangan rimpang dijemur dengan menggunakan enerji
matahari diberi alas yang bersih, atau bisa dengan pengering oven
dengan suhu 40 – 60o C, hingga mencapai kadar air 9 - 10%.

PENGANEKARAGAMAN PRODUK

Sebagai bahan baku obat, zat pewarna dan rempah, selain
berupa simplisia irisan kering juga bisa diolah berupa tepung, minyak
atsiri, oleoresin dan zat pewarna kurkuminoid.

USAHATANI

Untuk memperoleh hasil yang optimum dengan usahatani yang
menguntungkan, faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam teknologi
budidaya perlu diperhitungkan. Berikut analisis usahatani kunyit
dengan teknologi budidaya anjuran Balittro.
Hasil Usahatani Budidaya Kunyit pada Luasan 1 Hektar
No. Uraian Volume
fisisk
Harga
satuan
(Rp.)
Total
(Rp.)

I. PENGELUARAN UPAH

1. Pengolahan tanah I 90 HOK 15.000,- 1.350.000,-
2. Pengolahan tanah II 90 HOK 15.000,- 1.350.000,-
3. Pemupukan dasar 30 HOK 15.000,- 450.000,-
4. Tanam 60 HOK 15.000,- 900.000,-
5. Pemeliharaan 100 HOK 15.000,- 1.500.000,-
6. Panen 90 HOK 15.000,- 1.350.000,-
7. Prosesing hasil panen 60 HOK 15.000,- 900.000,-
TOTAL UPAH 7.800.000,-

II. PENGELUARAN BAHAN

1. Benih 1000 kg 3.000,- 3.000.000,-
2. Pupuk kandang 20 ton 80.000,- 1.600.000,-
3. Urea 100 kg 1.750,- 1.750.000,-
4. SP36 200 kg 1.750,- 3.500.000,-
6
No. Uraian Volume
fisisk
Harga
satuan
(Rp.)
Total
(Rp.)
5. KCl 200 kg 3.000,- 6.000.000,-
6. Karung plastik 750 lbr 2.000,- 1.500.000,-
TOTAL BAHAN 17.350.000,-
TOTAL PENGELUARAN (I+II) 25.150.000,-

III. PENDAPATAN BRUTO

Produksi rimpang segar 18.000 kg 2.000,- 36.000.000,-

IV. KEUNTUNGAN 10.850.000,-

Ratio biaya dengan pendapatan atau benefit cost ratio (B/C)
B/C merupakan salah satu cara untuk mengukur kelayakan
usaha kunyit. B/C merupkan pembanding antara hasil penjualan
dengan total pengeluaran biaya produksi, B/C usahatani kunyit = 1,43.
Titik balik modal atau break even point (BEP)
Titik balik modal adalah suatu kondisi saat investasi tidak
mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan atau disebuit
juga titik inpas. Titik inpas ada dua yaitu titik inpas produksi dan titik
inpas harga. Titik inpas (BEP) produksi diperoleh dari total
pengeluaran dibagi harga per-1 kg kunyit saat itu, berarti pada jumlah
produksi tertentu usahatani kunyit berada pada titik inpas. Sedangkan
BEP harga diperoleh dari total pengeluaran dibagi total produksi
rimpang kunyit, berarti pada harga yang diperoleh usaha tidak merugi
dan tidak beruntung. BEP produksi usahatani kunyit = 12.575 kg
rimpang segar. BEP harga usahatani kunyit = Rp. 1.397,25/kg
rimpang segar.
Efisiensi penggunaan modal atau return of investment (ROI)
Perhitungan nilai keuntungan usahatani kunyit yang dikaitkan
dengan modal yang telah dikeluarkan. ROI diperoleh dari hasil bagi
antara penjualan dengan biaya produksi dikalikan 100%, ROI
usahatani kunyit adalah 143,14%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar