Senin, 18 Mei 2009

Perkecambahan Biji II

PERKECAMBAHAN BIJI II


TUJUAN

1. Mengetahui penyebab terjadinya dormansi biji.
2. Mengetahui pengaruh cairan buah terhadap perkecambahan biji.
3. Mengetahui pengaruh perlakuan mekanis dan khemis terhadap perkecambahan biji berkulit keras.


TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman, sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormon tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan membebaskan energi kinetik (Edmond et al., 1975).
Kualitas benih ditentukan antara lain oleh tingkat kemasakan biji yang dalam proses perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah. Benih yang berasal dari buah yang masih muda kualitasnya akan jelek, karena benih akan menjadi tipis, ringan, dan berkeriput apabila dikeringkan serta daya hidupnya sangat rendah. Dalam hal ini kemungkinan embrio belum berkembang sempurna dan cadangan makanan pada endosperm belum lengkap (Soetopo et al., 1989).
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh – tergantung pada variabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeabel dapat dirangsang dengan skarifikasi, yaitu pengubahan kulit biji untuk membuatnya menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Cara mekanik seperti pengamplasan merupakan cara yang paling umum yang biasa dilakukan (Harjadi, 1986).
Biji akan bekecambah setelah mengalami masa dorman yang disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudiment atau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan atau impermeabel, atau adanya penghambat tumbuh (Hidayat, 1995).
Bahan perbanyakan pada tanaman lamtoro yang digunakan adalah bijinya, sebaiknya biji itu diambil dari polong yang telah tua. Daya hidup biji cukup tinggi. Persentase daya kecambahnya dalam 8 hari mencapai 80%, bila biji yang dikecambahkan itu sebelumnya direndam dalam air panas (80o C) selama 2-3 menit. Persentase ini dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan pengocokan dengan air panas (Wawo, 1981).
Dormansi digambarkan sebagai peristiwa benih yang berkecambah, tidak akan berkecambah walaupun faktor lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan (Kuswanto,1996).


METODOLOGI

Bahan yang digunakan adalah biji saga (Abrus precatorius), biji padi (Oryza sativa), H2SO4 pekat, aquadest, coumarin 0%, 25%, 50%, dan 100%. Alat-alat yang diperlukan adalah beaker glass, pengaduk kaca, kertas filter, petridish, amplas, dan pinset.
Cara kerja pada perlakuan khemis pada biji berkulit keras adalah 40 biji saga diambil, kemudian direndam dalam H2SO4 selama 1 menit, 3 menit, 6 menit, dan dalam air sebagai kontrol masing-masing 10 biji. Biji yang telah direndam H2SO4 dicuci dengan air sampai bersih, lalu dikecambahkan pada petridish yang telah dialasi kertas filter basah. Setiap hari selama 10 hari diamati, yang berkecambah dihitung lalu dibuang, yang berjamur juga dibuang, jika media berjamur diganti. Perhitungan GB dan IV, grafik GB dan IV vs hari pengamataan dibuat. Cara kerja pada perlakuan mekanis pada biji berkulit keras adalah 10 biji saga diambil, bagian tepinya diamplas. Biji-biji tersebut dikecambahkan pada petridish yang telah dialasi sehelai kertas filter basah. Biji-biji yang tidak diperlakukan juga dikecambahkan dalam jumlah yang sama sebagai kontrol. Setiap hari selama 10 hari diamati, yang berkecambah dihitung lalu dibuang, yang berjamur dibuang, jika media berjamur diganti. Perhitungan GB dan IV, grafik GB dan IV vs hari pengamataan dibuat. Cara kerja pada percobaan pengaruh cairan daging buah adalah 100 biji padi disiapkan. Biji-biji tersebut dikecambahkan pada 4 petridish, masing-masing 25 biji dengan alas kertas saring masing-masing dibasahi dengan coumarin 0%, 25%, 50%, dan 100%. Setiap hari selama 1 minggu diamati perkecambahannya, yang berkecambah dihitung lalu dibuang, bila media berjamur diganti dengan yang baru sesuai dengan perlakuan. Perlakuan kontrol (coumarin 0%) dilihat, bila biji sudah berkecambah lebih dari 50% maka seluruh biji dari perlakuan lain dicuci dan diganti medianya dengan air biasa. Kemudian pengamatan dilanjutkan hingga hari kesepuluh. Perhitungan GB dan IV, grafik GB dan IV vs hari pengamataan dibuat.


DAFTAR PUSTAKA

Edmond, J. B., T. L. Senn dan F. S. Andrews. 1957. Fundamentals of Horticulture. Mc Grown – Hill Book Company. New York. 

Harjadi, S. S. 1986. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB Bandung, Bandung

Kuswanto, H.1996. Teknologi, Produksi, dan Statifikasi benih. (www.kompas.com). Diakses tanggal 26 November 2007. 

Siregar, H.M. dan N.W. Utami. 1994. Perkecambahan biji kenari babi (Canarium decumanum Gaertn). Buletin Kebun Raya Indonesia 8 (1): 25-29

Soetopo, L., Ainurrasyid, dan Sesanti B. 1989. Pengaruh kualitas benih terhadap pertumbuhan dan produksi lombok besar (Capsicum annum L.). Agrivita 12 (1): 34-37

Wawo, A.H. 1981. Lamtoro sebagai pupuk hjau. Buletin Kebun Raya Indonesia 5 (2): 33-36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar